Puisi Kerinduan dan Kenangan "REMEMBERING YOU" by Yusuf Bhactiar.
S A J A K M A L A M
“Remembering
You”
Story by: Yusuf Bhactiar
Judul: Remembering You
Satu detik...
Satu menit...
Satu jam...
Satu hari...
Satu minggu...
Satu bulan...
Satu tahun...
Entah sampai kapan lagi,
Entah sampai berapa lama
lagi,
Ku sendiri dalam
kegelapan ini.
Menanti sebuah jawaban
yang tak kunjung datanng.
Perih. Sedih. Hampa.
Kosong. Tak menentu lagi.
Bagaikan pagi yang ingin
bertemu dengan sang malam,
Bagaikan matahari yang
ingin menggapai sang bulan,
Kamu tampak jauh disana.
Dan aku selalu terjebak
disini.
Aku selalu merindukanmu.
Aku selalu ingin
melihatmu.
Walaupun tak
pernah bisa menggpaimu.
Entah di
kenyataan ataupun dalam mimpi,
Ku hanya bisa melihatmu
dari kejuhan.
Tanpa menyapa,
Tanpa saling memandang,
Tanpa bersuara.
Dan di dunia kenytaanpun
terlalu sulit untuk dapat melihatmu.
Dan di dalam mimpipun ku
hanya bisa melihatmu dari jauh.
Selalu saja sama.
Jikalau ku hanya bisa
melihatmu dalam mimpi saja,
Mungkin akan lebih baik
jika aku tidak membuka mata.
Tak lagi ada tujuan
dalam hidupku.
Semuany hampa. Gelap.
Dan menyakitkan.
Terasa begitu
dingin menusuk kalbu,
Begitu perih menyayat
hati.
Ku lewati hari-hariku
tanpa hadirmu.
Semua terasa begitu
berat.
Setiap lagu yang
kudengar,
Selalu berdengung akan
namamu di setiap nada.
Semua kenangan indah itu
selalu ku ingat dalam hatiku.
Melekat dalam benakku
seperti siaran televisi.
Kartu. Hukuman. Canda.
Tawa.
Semua tersa begitu menyenangkan.
Dan kini kamu
menghilang.
Dan juga yang lainnya.
Tanpa jejak.
Seakan kita tak pernah
saling mengenal.
Seakan kita tak peranh
saling bertemu.
Tetpi semua kenangan itu
selalu terlintas di kepalaku.
Kenangan yang dulu
mungkin sebuah kebahagiaan yang sangat lur biasa bagiku.
Tetapi kini hanya
menjadi sebuah kenangan yang menyakitkan bagiku.
Selalu ku ingat saat
pertama kali kita bertemu.
Kau berkian sebuah
pujian yang terus melekat hingga kini.
Mungkin sebuah pujian
konyol untuk berbas-basi.
Atau sebuah ejekan yang
ku anggap sebuah pujian.
Entah apapun arti pujian
itu justru membutku selalu mengingatmu.
Itu terjadi mungkin
disaat ku masih duduk di sekolah dasar.
Entak kelas berapa dan
kamu kelas berapa aku lupa,
Tetapi dulu itu bukanlah hal
yang penting.
Mulai dari namamu yang
ku tahu ketika mereka memaanggilmu.
Entah nama asli ataupun
nama ejekan.
Bola. Petualangan.
Pagoda. Hujan.
Semua itu akan selalu ku
ingat.
Entah bagaimana
denganmu,
Tetapi masa-masa itulah
yang membuatku sangat bahagia.
Ada waktu dimana aku
tak pernah ingin habis,
Yaitu saat bersama
dengan dirimu.
Dan jika waktu itu
habis,
Aku selalu menunggu esok
untuk kembali bertemu denganmu.
Aku selalu
memperhatikanmu.
Entah kamu menyadarinya
atau tidak.
Tawamu. Candaanmu.
Bahkan congkakmu.
Mungkin kamu tidak akan
pernah tahu bahagianya diriku walau hanya
dengan melihatmu saja.
Kadang aku bertingkah
seperti host dalam tv,
Tertawa keras,
Bertingkah berlebihan
hanya untuk mendapatkan perhtianmu.
Dan ku akui itu adalah
hal tersulit sekaligus menyenangkan.
Menyenangkan ketika kamu
membalas candaanku.
Menyenangkan ketika kau
tesenyum akan candaanku yang mungkin sebenarnya tak lucu sama
sekali.
Kadang kamu mencariku
disaat semua mengabaikanku.
Kamu selalu membutku
merasa menjadi bagian dari semua.
Dan aku sangat bahagia
sekaligus bersyukur.
Tanpa kusadari
ternyata kita tidak pernah benr-benar juh.
Waktu kecil, aku selalu
bermain di daerah dekat rumahmu.
Waktu TK. Bersama tiga
teman wanitaku yang salah satunya tinggal di samping rumahmu.
Aku dekat denganmu,
Tetapi aku belum
mengenalmu.
Hingga mungkin saat di
sekolah dasar,
Di saat ku mulai bermain
dengan teman laki-laki.
Bersama dengan dirinya,
aku mengenalmu.
Melihat mu dan yang lain
bermain bola.
Kadang ku perhatikan sampai
duduk di atas gawang
hanya untuk mendapat perhatianmu.
Untuk dapat melihatmu
lebih jelas.
Dan sekali lagi,
Kamu menghampiriku di
saat yang lain tidak memperhatikanku.
Entah kamu mengingat
semua itu atau tidak.
Entah kamu haanya
berbsa-basi atau bersikap baik.
Setiap hari.
Setiap detik.
Ku selalu bahagia.
Hingga kita beranjak
dewasa.
Mulai bermain dengn
permainan baru.
Sebuah kartu. Setiap
malam. Di bulan puasa.
Itu dalah puncak dari
hari-hari kebahagiaanku.
Di mana setiap malam dan
di tempat yang sama,
Ketika ku selalu
bersamamu,
Dapat melihtmu dengan
jelas,
Sedikit berdekatan,
Kadang berhadapan,
Ku habiskan waktuku
bersamamu.
Dan juga bersama yang
lainnya.
Hampir setiap hari, sepanjang
waktu.
Bahkan sampai lupa
waktu.
Ada waktu dimana aku
sangat membencimu,
Yaitu saat dimana kamu
dan yang lainnya mulai mengenal cinta.
Relokasi pun datang.
Menghapus tanah luas
tempatku biasa bermain.
Bahkan menghapus
pertemanan kita.
Kamu mulai mencari
pasangan.
Yang lain pun begitu.
Dan kalian
mendapatkannya.
Setiap malam minggu. Di
depan warung,
Aku hanya bisa melihat.
Dan akhirnya ku putuskan
untuk pergi menjauh.
Entah berapa lama, waktu
berlalu.
Kalian berpisah dengan pasangan
msing-masing.
Aku kembali.
Kembali bermain bersama
seperti biasa.
Dan kamu masih
meningglkan sebuah bekas luka.
Sebuah foto yang
entah ratusan atau bahkan ribuan ku pandang dan ku caci.
Sebuah foto yang ingin
ku bakar habis hingga tak tersisa.
Begitupun dengan
kenangan mereka
di dalamnya.
Hingga bulan itu tiba.
Bulan Ramadhan.
Bulan yang sangat ku
tunggu.
Waktu
terbaik sepanjang hidupku.
Hingga semua itu
menghilang.
Dimulai dari sebuah
surat,
Mie goreng telur,
Kado,
Dan kamu mengetahuinya.
Bulan Ramadhan
berikutnya aku hanya bisa menunggu.
Melihatmu di
masjid.
Mungkin bermain kartu.
Tetapi semua itu tak
pernah terjadi.
Ku terus menunggu.
Dalam keheningan,
Kesepian, hampa, dan
tiada suara.
Yang tanpa kusdari,
Ku mulai menyendiri.
Hingga kumendapat kabar
bahwa kamu mulai sibuk dengan pekerjaanmu.
Dan semenjak itu juga aku hanya bisa melihatmu dari jauh.
Bulan
Ramadhan berikutnya, aku masih tetap menunggu.
Mungkin
bermain kartu.
Tetapi tak
pernah terjadi.
Bahkan tak
kulihat lagi dirimu di masjid.
Aku masih
terus menunggu dan menunggu sampai saat ini.
Saat dimana
aku sudah di titik keputus asaan.
Saat dimana
aku sudah muak dengan dunia ini.
Aku tak lagi
bisa bertemu denganmu.
Bahkan
ketika bertemupun tak pernah saling menyapa.
Seakan kita
tidak pernah mengenal.
Apakah itu
karena sebuah surat atau hal lainnya,
Kamu
menjauh.
Entah karena
keadaan atau kamu begitu jijik denganku.
Aku sudah
tidak tahu apa-apa lagi tentangmu.
Tetapi aku
tidak akan bertanya kenapa perasaan ini masih ada.
Aku tidak
pernah menyesal akan perasaan ini.
Yang ku
sesali adalah menunjukkan perasaan ini.
Malam dimana
kamu mengetahui semuanya.
Seandanya
semua surat, kado, ataupun makanan itu tak pernah terjadi,
Mungkin kita
masih bisa bertemu.
Saling
menyapa.
Atau mungkin
tersenyum.
Aku sangat
bodoh.
Gila mungkin
lebih tepat.
Ada hal yang
lebih menyakitkan daripada dibenci ataupun di tinggalkan,
Yaitu tidak
diperdulikan.
Kini aku
hanya bisa menatapmu ketika malam tiba.
Di rumahmu.
Tetapi tak
benar-benar bisa melihatmu dengan jelas.
Betapa
sulitnya kulalui setiap langkah.
Tanpa alas
kaki, sendiri di keheningan tengah malam.
Setiap
langkah tak bersuara,
Berharap
tiada satupun orang yang tahu.
Berharap
tidak ada yang melihat.
Dan tak ada
yang mendengar.
Bagaikan
pencuri.
Seandainya
diriku ini tak kasat mata,
Mungkin akan
lebih mudah untukku bisa melihatmu tanpa kamu menyadarinya.
Ku hanya
berteman dengan sang malam.
Dengan
nyanyian jangkrik,
Kicauan
kodok ketika rintikan hujan menyapa.
Berjalannya
waktu,
Aku mencoba
untuk menyerah.
Menyerah
dengan segalanya.
Sungguh
tiada guna semua yang kulakukan ini.
Tetapi
sekeras apapun keinginanku untuk menghentikan kegilaan ini,
Aku masih
tidak bisa bertemu denganmu.
Kamu bahkan
tidak perduli.
Aku juga
sadar.
Aku tidak
bisa memberikanmu apa-apa.
Aku tidak
mempunyai apa yang mereka punya,
Dan yang
kamu suka.
Aku hanyalah
aku.
Dengan
kebodohan dan segala hal terburuk untukku.
Kamu
mempunyai sebuah masa depan,
Sedangkan
aku tidak.
Kini aku
hanya bisa berharap.
Mungkin di
dunia lain nanti kita bisa bersama.
Atau jika
memang reingkarnasi itu benar adanya,
Aku berharap
menjadi seseorang yang pantas untukmu.
Jika memang
itu ada,
Aku masih
memiliki harapan.
Entah kapan
itu,
Di belahan
dunia manapun itu,
Aku masih
berharap suatu saat nanti kubisa bersanding denganmu.
Aku tak bisa
mengubah takdir.
Dan hidupku
kini…
Aku juga
tidak tahu.
Seakan ingin
ku berhenti untuk hidup.
Setiap nafas
ku lalui dengan kesensaraan tak berhujung.
Dan jikalau
aku tak pernah ada di dunia ini,
Besama semua
kesalahan perasaan ini,
Mungkin itu
akan lebih baik untukmu.
Aku berharap
kamu memiliki masa depan yang bahagia,
Meski
mungkin itu akan menyakitiku.
Untuk
sekarang ini,
Aku hanya
berharap bisa memutar waktu.
Ingin ku
ulang semua kebersamaan kita.
Bermain.
Becanda. Bercerita. Brsama.
Seperti
dulu.
Tetapi
apalah dayaku yang hanya manusia biasa.
Kini semua
sudah memiliki kehidupan masing-masing.
Pekerjaan
masing-masing.
Teman
masing-masing.
Bahkan sudah
ada yang menemukan pasangan hidup.
Memiliki
keluarga kecil yang bahagia.
Dan inilah
aku.
Masih
terjebak dengan masa lalu,
Tanpa
memiliki masa depan.
Mengapa
dunia ini begitu kejam.
Seharusnya
aku saja yang lebih dulu meninggalkan dunia ini,
Bukan
kakakku.
Dia memiliki
masa depan yang lebuh baik dariku.
Sedangkan
aku?!
Aku sudah
tidak mempunyai apa-apa lagi.
Kebahagiaanku
adalah di masa lalu.
Biarkan saja
aku mati dengan semua masa lalu.
Dan kini?
Aku tidak
tahu.
Ku hanya
hidup untuk menunggu mati.
Mati bersama
dengan semua kenangan indah masa laluku.
Mati dengan
kepedihan dan kesensaraan yang luar biasa tiada habisnya.
Mungkin kamu
melakukan hal yang benar dengan tidak memperdulikanku.
Bahkan tak
memperdulikan perasaanku.
Dengan
seperti tak pernah mengenalku.
Dengan
seperti tak pernah menganggapku pernah ada di hidupmu.
Memang sakit
hati ini.
Sakit.
Mungkin ini
memang sudah takdirku.
Tetapi…
Tak bisakah
kita berteman saja?
Yang ku
inginkan hanyalah melihatmu.
Walaupun tak
kudapatkan cintamu,
Tak bisakah
aku tetap berada di sampingmu?
Aku hanya
ingin menjadi bagian dari hidupmu.
Sekecil
apapun itu.
Aku ingin selalu
bersamamu.
Disaat kamu
suka maupun dukamu.
Rasa takutmu,
kecewamu, keluh kesahmu,
Aku ingin
menjadi saksi atas semua yang terjadi dalam hidupmu.
Aku hanya
ingin menghabiskan sepanjang hidupku bersamamu.
Setidaknya
itu berarti bagiku.
Aku hanya
ingin bahagia.
Aku ingin
mempunyai tujuan hidup.
Dan tujuan
hidupku hanyalah ingin bersamamu.
Walaupun
hanya sebatas teman.
Setidaknya
aku bisa melihatmu tanpa harus menunggu malam.
Tanpa rasa
takut akan adanya orang.
Ku ingin
mendengar semua keluhanmu.
Ku ingin
melihat senyumanmu.
Aku sangat
merindukanmu.
Dan yang
lainnya.
Aku rindu
dengan kekonyolan mereka semua.
Aku sudah
muak dengan semua kenangan masa lalu ini.
Aku junga
ingin melihat ke depan.
Aku ingin
bahagia.
Dan
kebahagiaanku hanyalah dengan bersamamu.
Hanya dengan
melihatmu.
Walau hanya
sebagai teman.
Untuk seseorang yang sudah mengetahui namun tidak pernah mencoba untuk perduli. I love you, always.
Untuk seseorang yang sudah mengetahui namun tidak pernah mencoba untuk perduli. I love you, always.
Komentar
Posting Komentar